Senin, 16 Maret 2009

DENGAN ISTIGHFAR MERAIH RIZKI

Salah satu kesalahan manusia adalah membebani masa sekarang dengan beban-beban masa depan yang panjang. Di kala seseorang sedang berangan-angan, pikirannya melintas jauh ke dalam suatu garis yang tak berujung, dan dengan cepat ia beralih ke suatu kecemasan yang selalu merongrong hidupnya. Apa yang menyebabkan mereka melakukan kesalahan seperti itu? Tak lain disebabkan ketakutan dan kecemasan akan rezeki dan masa depan!Padahal kepentingan utama kita sejatinya bukanlah untuk apa yang terletak samar-samar dikejauhan, tetapi untuk mengerjakan apa yang jelas berada di tangan. Bukankah keamanan, kesehatan, dan kecukupan merupakan suatu kekuatan yang diberikan kepada akal agar dapat berfikir dengan tenang dan mantap, yang kadang-kadang dapat mengubah perjalanan hidup seseorang? Bukankah membebani pikiran dengan kesulitan yang belum tiba waktunya adalah suatu kebodohan yang nyata? Tapi itulah manusia, kebanyakan mereka menganggap kecil nikmat-nikmat yang telah Allah berikan kepadanya dalam hitungan detik, dan acap membesar-besarkan kegagalan mereka dalam mengumpulkan kekayaan atau mendapatkan posisi yang mapan. Ya, saat ini kita hidup dalam belantara dunia yang tengah merendahkan nikmat-nikmat Allah dan tidak mensyukuri keadaan yang diberikan-Nya. Kita hidup dalam parameter kebendaan dan konsumerisme yang diusung oleh Barat. Sehingga jika parameter itu tak terpenuhi, keluhan demi keluhan terdengar, "Mengapa Allah tak melimpahkan harta kekayaan dan rezeki yang berlimpah, bukankah aku selalu berdoa siang dan malam?"Sekarang mari kita lihat parameter dalam bentuk yang lain! Diriwayatkan bahwa ada seorang lelaki bertanya kepada Abdullah bin Amru bin Ash: "Apakah aku termasuk seorang muhajirin yang miskin?" Abdullah balik bertanya, "Apakah engkau mempunyai seorang istri yang engkau nafkahi?" Orang itu menjawab, "Ya ada!" Abdullah bertanya lagi, "Apakah engkau mempunyai tempat tinggal yang kauhuni?" Orang itu menjawab, "Ya ada!" Lalu Abdullah berkata kepadanya, "Kau termasuk orang kaya!" Orang itu berkata lagi, "Bahkan aku pun mempunyai pelayan!" Abdullah menambahkan, "Kalau begitu, engkau termasuk golongan raja-raja!" Hr. MuslimSesungguhnya masalah rezeki adalah masalah yang paling merisaukan manusia sehingga mereka berhasrat untuk ikut mengatur masalah rezeki ini. Inilah sebuah kerisaun yang sesungguhnya telah dijamin oleh Allah. Karena itu di dalam al-Qur'an, Allah berulang kali menyebutkannya. Sama seperti ketika kita mengulang-ulang berbagai alasan ketika mengetahui bahwa lawan bicara kita selalu meragukan kita. Atau sama seperti Allah juga mengulang-ulang penjelasan mengenai hari akhirat dan hari kiamat dalam banyak ayat karena manusia selalu ingkar dan bimbang, ragu dan tidak percaya bahwa kelak manusia akan kembali dihidupkan setelah tubuh dan tulang-belulangnya hancur, menjadi tanah atau dimakan binatang buas. Allah swt berfirman: "Di langit terdapat rezeki kalian dan apa yang dijanjikan kepada kalian. Demi Tuhan langit dan bumi, ia benar akan terjadi seperti perkataan yang kalian ucapkan." QS Qashash: 7Allah telah menjamin rezeki anak-cucu Adam agar mereka berkonsentrasi mengabdi hanya kepada-Nya dan agar mereka tidak sibuk mencarinya sehingga lalai dari ibadah kepada-Nya. Allah swt berfirman: "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku. Aku tidak menginginkan rezeki sedikit pun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Allah-lah Yang Memberi rezeki dan memiliki kekuatan yang sangat kokoh." QS adz-Dzariyaat: 56-58Bahkan sebagai ar-Razaaq, Allah menegaskan sebuah jaminan rezeki yang meliputi seluruh mahluk. Lihatlah betapa luasnya jaminan Allah dan kekayaan Rububiyah-Nya. Tak ada satu mahluk pun yang luput dari jangkauan-Nya. Allah swt berfirman: "Tidak ada satu mahluk melata pun kecuali Allah memberi rezekinya. Dia mengetahui tempat berdiamnya dan tempat penyimpanannya. Semua sudah tertulis dalam Lauh Mahfuz." QS Huud: 6Kendati demikian, tetap saja manusia merisaukan rezeki, sampai-sampai Syaikh Abu al-Abbas al-Mursi berkata, "Dua hal yang paling sering menghijab mahluk dari Allah swt, yaitu kerisauan terhadap rezeki dan kecemasan terhadap mahluk." Lalu bagaimana caranya agar kita tak terjerembab dalam kerisauan ini? Syaikh Ibnu 'Athaillah as-Sakandari berkata, "Ketahuilah, hanya orang yang diberi taufiklah yang terhindar dari hasrat untuk mengatur urusan rezeki. Orang seperti itu sungguh telah mendapat anugerah yang besar. Mereka benar-benar percaya kepada Allah sehingga mereka merasa tenteram dan senantiasa bersandar kepada-Nya."Lalu mengapa kita tak mengindahkan resep dari Nabi saw yang mengatakan, jika ingin hidup ini bermakna, bahagia dan dilapangkan rezekinya oleh Allah, jagalah kesehatan dan memohon ampun atau beristighfar. Tak heran jika Rasulullah saw tak pernah melepaskan lidahnya dari beristighfar. Menurut al-A'az al-Muzanni ra, Nabi saw bersabda, "Kadangkala timbul perasaan dalam hatiku. Maka aku beristighfar (memohon ampunan) kepada Allah sehari seratus kali." Hr. Muslim. Abu Hurairah ra juga mendengar Rasulullah saw bersabda, "Demi Allah, dalam sehari aku beristighfar dan memohon taubat kepada Allah lebih dari 70 kali." Hr. BukhariIni menunjukkan bahwa istighfar adalah sebuah kebutuhan sebagaimana kebutuhan manusia akan rezeki. Karenanya Nabi saw mengatakan dengan memperbanyak istighfar, Allah akan melimpahkan rezeki seseorang. Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa terbiasa memperbanyak istighfar, Allah akan melepaskannya dari segala kesukaran, melapangkannya dari segala kesempitan, dan memberinya rezeki dari jalan yang tak disangka-sangkanya." Hr. Abu Dawud.Saudaraku, sesungguhnya rezeki tidaklah selalu identik dengan harta kekayaan. Tetapi harta yang diperoleh dengan jalan penuh kemuliaan adalah sebaik-baiknya harta. Itu berarti harta yang diperolehnya merupakan bagian dari rezeki yang diberikan Allah kepadanya. Dan itu berarti pula, jika suatu saat harta itu beralih darinya, ia tak akan mengeluh. Orang-orang yang tergila-gila oleh harta akan mendatangkan kerendahan dan kehinaan. Perhatikanlah orang-orang yang begitu cinta dengan hartanya, hidupnya diselimuti oleh kecemasan, takut kehilangan hartanya, akibatnya mereka bakhil dan cenderung zhalim. Tak ada terapi yang tepat untuk mengatasi keadaan ini selain dari apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw, "Sesungguhnya harta itu sangat memikat. Bagi orang yang mengambilnya dengan kemurahan hati, ia akan diberkati. Dan bagi orang yang mengambilnya dengan tamak, ia tidak akan diberkati ibarat orang yang makan tapi tidak kenyang-kenyang." Hr. Abu Dawud.Ya Allah, Engkau telah mengatur segala sesuatu sebelum keberadaan kami. Kami mengetahui bahwa tidak akan terjadi kecuali yang Kauinginkan. Pengetahuan ini tidaklah bermanfaat bagi kami kecuali ketika Engkau menginginkannya. Karena itu, kembalikan kami dengan kebaikan-Mu, muliakan kami dengan karunia-Mu, limpahi kami dengan pertolongan-Mu, pagari kami dengan pemeliharaan-Mu, pakaikan untuk kami busana para kekasih-Mu, dan masukkan kami ke dalam perlindungan-Mu. Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, kami mengetahui bahwa hukum-Mu tidak bisa ditentang dan ketentuan-Mu tak terlawan. Kami tidak mampu menolak apa yang telah Kautentukan dan menghapus apa yang Kauputuskan. Karena itu, kami meminta kelembutan-Mu dalam setiap ketentuan-Mu dan pertolongan-Mu dalam setiap keputusan. Jadikan kami di dalamnya termasuk orang yang menjaganya, wahai Tuhan semesta alam.Ya Allah seluruh rezeki berada di tangan-Mu, baik itu rezeki dunia maupun rezeki akhirat. Karena itu, berikan kepada kami rezeki yang menurut-Mu berguna dan maslahat untuk kami, amien!DEsa Pamulang BARAT DaVY BYa (MAJELIS AZZIKRA)

5 komentar:

Anonim mengatakan...

Artikel di atas seperti me-refresh hati dan fikiran saya. Di jaman krisis global seperti sekarang ini, di mana2 terjadi kesulitan hidup, mestinya umat kembali merenungkan ajaran Nabi SAW : "jika ingin hidup ini bermakna, bahagia dan dilapangkan rezekinya oleh Allah, jagalah kesehatan dan memohon ampun atau beristighfar". banyak di antara kita yang lupa memohon ampun kepada Allah, bahkan untuk mengucap syukur saja enggan melakukannya.

setya mengatakan...

mksh pak agus dah mampir..
artikel dr seorang sahabat..,adem jg saat sy renungkan.
semoga bermanfaat u/ semua..amin

Anonim mengatakan...

^_^ Allahu Akbar. DIA-pemilik sekalian alam. Memiliki cinta-Nya sama dengan memiliki seluruh alam. Karena cinta senantiasa memberi yang dibutuhkan yang dicinta. Dan dzikir, adalah pengundang kecintaan Allah. Bukan begitu mba Tya?

Anonim mengatakan...

tulisan yang bagus..salam

setya mengatakan...

@sagasu : benar mas Insan,sebenarnya sungguh bersahaja mengundang Cinta-NYA,semoga kita dapat selalu istiqomah..,amin..
@acut:salam kenal juga saudaraku..

Label Cloud


 

Design by Amanda @ Blogger Buster